Mendalami Makna Salah Satu Zikir Pagi
Tajuk: Betapa dahsyatnya makna bacaan zikir pagi dan petang. Tidak ada tameng yang lebih kuat dari bacaan zikir tersebut. Di dalamnya, terkandung doa-doa hebat sebagai pertanda kebergantungan seorang hamba kepada Rabb-Nya.
Kita mungkin sering mendengar istilah meditasi. Sebuah aktivitas yang sering diklaim sebagai bagian dari rutinitas orang-orang sukses, baik dari aspek bisnis, karir, maupun aspek duniawi lainnya. Kadangkala, kita pun yang mengikuti tren ini, mencoba untuk menggali lebih dalam apa itu meditasi.
Jika ditelisik dari berbagai sumber, meditasi adalah praktik yang melibatkan fokus pikiran pada satu pemikiran, frase, objek, atau aktivitas. Melibatkan kombinasi teknik mental dan fisik. Tujuannya adalah mencapai keadaan mental yang jelas dan emosional yang tenang serta stabil. Meditasi dianggap sebagai bagian penting dari rutinitas pagi yang ‘wajib’ dilakukan seseorang jika ingin sukses. Karena apabila dipraktikkan, maka mental dan emosional akan lebih teratur sehingga aktivitas keseharian bisa lebih produktif dan penuh inovasi.
Wajar saja jika kita tertarik untuk mempraktikkannya. Namun, sebagai seorang muslim, tidakkah terbesit di pikiran kita untuk mencari tahu apakah dalam syariat ada rutinitas pagi yang jauh lebih dahsyat dan berefek dalam kehidupan kita, baik duniawi maupun ukhrawi?
Jawabannya ada, yaitu zikir pagi. Mengawali pagi hari dengan zikir pagi merupakan rutinitas yang semestinya menjadi kebiasaan (habit) seorang muslim. Banyak dalil yang memerintahkan untuk melaksanakan zikir pagi. Di antaranya firman Allah Ta’ala,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْراً كَثِيراً. وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلاً
“Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (kepada) Allah dengan zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (QS. Al-Ahzab: 41-42)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لَأَنْ أَقْعُدَ مَعَ قَوْمٍ يَذْكُرُونَ اللَّهَ تَعَالَى مِنْ صَلَاةِ الْغَدَاةِ، حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ : أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتِقَ أَرْبَعَةً مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيلَ ، وَلَأَنْ أَقْعُدَ مَعَ قَوْمٍ يَذْكُرُونَ اللَّهَ مِنْ صَلَاةِ الْعَصْرِ إِلَى أَنْ تَغْرُبَ الشَّمْسُ : أَحَبُّ إِلَيَّ مَنْ أَنْ أَعْتِقَ أَرْبَعَةً
“Aku duduk bersama orang-orang yang berzikir kepada Allah Ta’ala mulai dari (waktu) salat Subuh hingga terbit matahari lebih aku cintai daripada memerdekakan empat orang budak dari putra Nabi Isma’il. Dan aku duduk bersama orang-orang yang berzikir kepada Allah mulai dari (waktu) salat Asar sampai terbenam matahari lebih aku cintai daripada memerdekakan empat orang budak.” (HR. Abu Dawud no. 3667 dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dihasankan oleh Syekh Al-Albani)
Zikir pagi merupakan amalan sunah yang dianjurkan kepada setiap muslim. Bukan sekadar rutinitas, tetapi sebuah bentuk kebergantungan seorang hamba kepada Rabb-Nya. Dalam bacaan ini, terdapat doa-doa hebat yang mencerminkan kehendak dan perlindungan dari Allah Ta’ala. Sebagai penjelasan, mari kita pahami makna dari bacaan zikir ini.
أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ لِلَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ. رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهُ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهُ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوْءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ
“Kami telah memasuki waktu pagi dan kerajaan hanya milik Allah. Segala puji bagi Allah. Tidak ada ilah (yang berhak disembah), kecuali Allah semata. Tiada sekutu bagi-Nya. Milik Allahlah kerajaan dan bagi-Nya pujian. Dialah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Wahai Rabbku, aku mohon kepada-Mu kebaikan di hari ini dan kebaikan sesudahnya. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan hari ini dan kejahatan sesudahnya. Wahai Rabbku, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan dan kejelekan di hari tua. Wahai Rabbku, aku berlindung kepada-Mu dari siksaan di neraka dan siksaan di alam kubur.” (HR. Muslim no. 2723)
Berdasarkan makna dari kalimat zikir di atas, ada 4 hal permohonan doa yang sangat bermanfaat bagi kehidupan kita untuk kita minta kepada Allah, yaitu:
Penghambaan kepada Allah
أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ لِلَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ.
Saudaraku, perhatikanlah betapa indahnya awal kalimat zikir ini dengan pujian kepada Allah Ta’ala di waktu pagi. Pujian kepada Allah ini dilanjutkan dengan kalimat syukur “Segala puji hanya milik Allah”. Kemudian, ditegaskan pula pernyataan bahwa tiada sesembahan yang berhak diibadahi, kecuali Allah Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya, serta milik-Nyalah kerajaan dan pujian, dilanjutkan dengan pengakuan bahwa Allah Maha Berkehendak atas segala sesuatu. Kepasrahan kita sebagai hamba Allah terurai lengkap dan sempurna dalam kalimat zikir ini. Dengan kata lain, sebelum memulai hari dengan beragam aktivitas, kita bersaksi melalui lisan dan keyakinan bahwa hanya Allah pemilik kerajaan alam semesta.
Rezeki yang kita cari dengan beragam profesi telah Allah Ta’ala tentukan kadarnya, sebagaimana firman-Nya,
وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِى ٱلْأَرْضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِى كِتَٰبٍ مُّبِينٍ
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi, melainkan Allahlah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauhulmahfuz).” (QS. Hud: 6)
Subhanallah! Seharusnya, tiada kekhawatiran bagi seorang muslim tentang masa depan. Karena ia menyadari bahwa Allah Maha Berkehendak atas segala sesuatu. Tugas kita hanya berikhtiar sesuai dengan tuntunan syariat, serta senantiasa meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah.
Mudah-mudahan dengan sebab iman dan takwa, Allah akan membukakan keberkahan-Nya yang luasnya tidak terbatas untuk kita hamba-hamba-Nya.
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raf: 96)
Permohonan kebaikan dan perlindungan dari kejahatan
رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهُ “رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهُ”
Sebagai bentuk ikhtiar, tentunya dalam setiap ucapan, tutur kata, tingkah laku, dan perbuatan kita sebagai seorang muslim hendaklah selalu dijaga. Namun, sebagai manusia yang cenderung melakukan kekhilafan, akibat dari kekeliruan kita dalam menjaga diri, ada saja cobaan yang datang menimpa kita dari segala arah yang mungkin kita tidak pernah mengira.
Persoalan dalam rumah tangga, misalnya. Kita tidak pernah merencanakan permasalahan, tapi kadangkala masalah itu datang dengan sendirinya, baik karena kekhilafan kita atau karena belum bijaknya kita dalam menghadapi permasalahan. Begitu pula dalam perkara pekerjaan, untung dan rugi adalah persoalan yang selalu menjadi fokus utama seorang pedagang atau pebisnis. Kesehatan mental dan kelayakan upah menjadi persoalan para pekerja. Semua ini dapat menjadi kebaikan bisa juga menjadi keburukan yang menimpa seorang individu.
Maka dari itu, kita memohon kepada Allah Ta’ala pada waktu pagi. Saat semuanya hendak dimulai, mudah-mudahan Allah memberikan kita kebaikan pada hari itu dan hari sesudahnya dari segala aspek kehidupan. Sehingga, dengannya kita dapat lebih dekat dengan Allah dan diberikan kemudahan untuk menjadi hamba-hamba-Nya yang beruntung.
Baca juga: Merutinkan Zikir Pagi dan Petang
Keberanian menghadapi tantangan tua dan kemalasan
رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوْءِ الْكِبَرِ
Malas adalah sifat buruk yang sangat merugikan jika terus dipelihara. Baik malas dalam beribadah, bekerja, bermuamalah, belajar, dan melakukan kebajikan, serta amalan-amalan saleh lainnya. Padahal, Allah Ta’ala telah menjanjikan kehidupan yang baik bagi mereka yang istikamah dalam melaksanakan kebajikan.
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
“Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)
Oleh karenanya, melalui zikir ini, kita memohon perlindungan kepada Allah dari sifat malas yang menjadi penghambat dalam upaya kita menggapai kesuksesan dunia dan akhirat.
Begitu pula, keburukan di hari tua. Pastinya, kita menginginkan agar kelak di hari tua kita, Allah Ta’ala senantiasa memberikan petunjuk dan pertolongan-Nya kepada kita agar terbiasa bertakwa kepada-Nya, dimudahkan dalam melaksanakan ibadah dengan kondisi kesehatan fisik dan mental yang terjaga. Tidak pula menjadi beban, bahkan justru dapat menebar manfaat kepada orang banyak, hingga pada akhirnya menjadi sebaik-baik manusia dan wafat dalam kondisi husnulkhatimah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ , وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ , أَوْ تَكَشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً , أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا , أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا , وَلأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخِ فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ يَعْنِي مَسْجِدَ الْمَدِينَةِ شَهْرًا
“Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia. Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia, atau mengangkat kesusahan dari orang lain, atau membayarkan utangnya, atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh, aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beriktikaf di masjid ini (masjid Nabawi) selama sebulan penuh.” (HR. Thabrani di dalam Al-Mu’jam Al-Kabir no. 13280, 12: 453 dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma. Syekh Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini hasan sebagaimana disebutkan dalam Shahih Al-Jami’ no. 176)
Perlindungan dari siksaan akhirat
رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ
Allah Ta’ala berfirman,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka. Dan mereka selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6)
Menjaga diri dan keluarga dari api neraka adalah perintah Allah dan merupakan kewajiban bagi orang-orang yang beriman. Lihatlah, berapa banyak orang yang memaksakan logikanya dalam menyikapi konteks keimanan ini. Mereka –wal’iyadzubillah– tidak meyakini hari akhir, tidak percaya siksa kubur, bahkan mengingkari eksistensi Allah Ta’ala.
Maka, alangkah beruntungnya kita mendapatkan anugerah keimanan yang diberikan oleh Allah Ta’ala. Sehingga, dengan haqqul yaqin, kita beriman yang diucapkan dengan lisan, diyakini dengan hati, serta dibuktikan dengan amalan-amalan fisik kita. Untuk itu, dengan zikir ini, kita memohon perlindungan kepada Allah dari segala potensi dosa-dosa, dari pengaruh bisikan-bisikan, baik yang bersumber dari jin maupun manusia.
Saudaraku, disadari atau tidak, kita kadangkala cenderung lebih tertarik untuk mengikuti pola hidup dan pola pikir barat dengan pernak pernik sains yang diklaim bersamaan dengannya. Padahal, apabila kita telisik lebih dalam, sangat mudah bagi kita untuk mendapatkan sumber ilmu yang serupa, bahkan jauh lebih luas dalam agama kita sendiri, yaitu Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin. Dalam ajaran agama Islam, contoh yang telah diteladankan oleh baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kita dapat menemukan prinsip-prinsip dalam persoalan bagaimana membentuk pola hidup dan pola pikir yang lebih bermanfaat.
Meditasi alias zikir pagi selayaknya menjadi rutinitas kita sebagai muslim sejati. Mudah-mudahan dengan melazimkannya kita dapat memperoleh kesuksesan dunia dan akhirat, serta menggapai keridaan Allah Ta’ala.
Wallahu a’lam bisshawab
Baca juga: Menggabung Niat Zikir Pagi dan Zikir Usai Shalat
***
Penulis: Fauzan Hidayat
Artikel asli: https://muslim.or.id/90657-mendalami-makna-zikir-pagi.html